Senin, 30 Juli 2012

Ratusan Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah

Tahukan Indonesia terkenal memiliki banyak bahasa lokalnya. Coba bayangin, kita yang notabene negara yang kaya sumber daya alamnya, juga kaya akan budaya dan bahasa, masih belum bangga menjadi bagian dari Indonesia? Semoga tidak ya. Berikut informasi voa indonesia yang mengangkat fenomena ironis ini.
Kepala Bidang Peningkatan dan Pengendalian Bahasa Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, Sugiyono mengatakan ratusan bahasa daerah di Indonesia terancam punah karena semakin jarang digunakan. Ia memperkirakan pada penghujung abad 21 ini hanya sekitar 10 persen saja yang akan bertahan.
Kepbid Kemendiknas juga menambahkan, urbanisasi dan perkawinan antar etnis menjadi penyebab utama terancam punahnya ratusan bahasa daerah. Ini menjadi catatan poin intropeksi bagi segenap anak bangsa di negeri ini.
"Dari 746 bahasa daerah di Indonesia kemungkinan akan tinggal 75 saja. Dalam teorinya ada karena peperangan, bencana alam tetapi penyebab yang paling utama sekarang ini saya kira urbanisasi dan perkawinan antar etnis. Karena kalau dua orang dari daerah kemudian pindah ke Ibukota atau ke kota besar maka mereka akan berinteraksi dengan etnis lain lalu bahasa etnisnya sendiri itu akan ditinggalkan. Mereka akan memilih bahasa Indonesia sebagai penghubung antar etnik satu dengan etnik yang lain." ujar Kepbid Mendiknas.
746 bahasa daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, hanya sembilan yang memiliki sistem aksara, yakni Aceh, Batak, Lampung, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Sunda, dan Sasak.  Sisanya, kata Sugiyono, hanya diturunkan melalui tradisi lisan dan inilah yang perlu dikaji lebih jauh dan didokumentasikan agar tidak hilang. Tindakan antisipasi yang digalakkan pihak Kementerian Pendidikan Nasional saat ini yaitu dengan terus melakukan pengumpulan kosa kata dan merekamnya serta melakukan revitalisasi untuk menghidupkan kembali bahasa daerah dengan menggelar berbagai festival seni di daerah-daerah.
"Bahasa yang bertahan itu umunya punya sistem tulis artinya bahasanya sendiri mempunyai faslitas untuk merekam bahasa itu dalam media selain lisan, ini lebih banyak bertahan. Implikasinya bahasa yang punya sistem tulis itu pasti berkembang katakanlah Jawa, Sunda, Madura dan semua Melayu," kata Sugiyono.

Sementara, pengamat Bahasa dari Universitas Atmajaya Jakarta Bambang Kaswanti Purwo mengajurkan agar setiap orangtua terbiasa menggunakan bahasa daerah dirumahnya.   Selain itu, Kementerian Pendidikan Nasional harus mulai mewajibkan setiap murid menguasai setidaknya satu bahasa daerah. Hal ini dilakukan agar bahasa daerah tidak punah.

Bambang Kaswanti Purwo mengatakan, "Masalahnya sekarang orangtua cenderung enggan menggunakan bahasa ibu (daerah) dan (hanya) menggunakan bahasa Indonesia, karena beranggapan untuk maju anak harus bisa berbahasa nasional. Kalau berbeda justru akan memperkaya anak, kita bagi tugasnya misalnya ayahnya bahasa Jawa, ibunya bahasa Sunda, sehingga anaknya mempunyai kesempatan belajar dua bahasa daerah sekaligus. Tapi kalau bahasa sampai punah, kita tidak mempunyai kekayaan bahasa itu lagi, padahal setiap bahasa memiliki kekhasan dan kekayaan masing-masing."

Dan hingga saat ini Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Unesco telah mencanangkan tanggal 21 Februari sebagai bahasa ibu internasional. Hal itu dilakukan karena hampir semua bahasa daerah yang berada di sejumlah negara didunia telah terancam punah.

(Sumber: Senin, 30 Juli 2012 Waktu Washington,VOAINDONESIA, www.voaindonesia.com)

0 komentar: